Nqp5MGN8Nap7LWVdNGV5NGRbyTUfATofA6YbyaV=
Mural Yang Tak Bermoral

Mural Yang Tak Bermoral

 

Oleh : Ahmad Shalihin Mahaputera, S. Ag. (Koor. Biro Kaderisasi dan Pengembangan Sumber Daya Anggota PC PMII Kota Banjarmasin)

Disclaimer terlebih dahulu bahwa esai ini bersifat subjektif dengan bumbu-bumbu dekonstruksi ala derida.

Berbicara tentang PMII berarti berbicara tentang "Cita-Cita Yang Hilang", sengaja penulis mengambil judul "Mural Yang Tak Bermoral" untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa ada sisi gelap atau noda hitam di batang tubuh PMII. PMII "mengikat kontrak dengan politik" sejak lama, kader-kader nya berlanjut dari generasi ke generasi, layaknya kromosom yang pernah putus. Lembaga pmii sangatlah bagus secar konseptual maupun desain nya. Namun ada sisi lain yang jarang diketahui, tapi ini menjadi fakta yang tak terbantahkan oleh kader PMII itu sendiri, sering juga pembahasan seperti ini didiskreditkan banyak orang.

Ada banyak pertanyaan di kepala penulis seperti, apakah cita-cita luhur pmii terealisasi yang termaktub dalam tujuan PMII?. Yang sering dibahas mengenai revisi tujuan, antara 'dan' atau 'serta' terlepas dari itu semua apakah para kader-kader mengerjakan tujuan itu?. Kita wajib bertanya sambil berkontemplasi, apakah kader-kader pmii menjadi garda terdepan dalam hal adzan subuh ataupun imam salat, atau masih rapat dari malam sampai subuh? atau dengan menambah jumlah kader kita bisa menjadi negara terbersih di dunia?. Apakah pmii maju paling depan dalam hal syiar islam, atau jangan-jangan ikut dalam gerakan sempalan?. Kita tidak berbicara PMII secara lembaga namun kader-kader yang disumpah atau yang berikrar akan setia dan mengamalkan nilai-nilai PMII itu sudah mengerjakan, atau MAPABA, PKD, PKL dan PKN hanya sebatas event untuk membuat laporan bahwa PMII masih hidup?.

Kita harus menyadari dan mengakui masih terkungkung dalam pikiran anomali antara PMII lebih baik memilih “kualitas kader atau kuantitas kader”?. Terlalu kuno kita sedangkan PMII menekankan adanya pembaharuan dalam berpikir, mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan manjat aswaja Kader-kader PMII tidaklah merdeka, menjadi budak senioran yang memiliki kepentingan melenceng dari tujuan PMII itu sendiri, apakah hal demikian benar?. Apakah PMII perlu dibubarkan?, mungkin itu bukan lah solusi atas permasalahan di atas, namun evaluasi harus berbanding lurus dengan tindakan konkret. Batang tubuh PMII sedang terluka oleh kader-kader nya sendiri. Memakai nama lembaga hanya untuk kepentingan pribadi atau circle, sungguh ironis melihat hal-hal demikian yang begitu najis. Entah lah apakah ihwal ini benar terjadi.

Intervensi senioran bak firman tuhan yang harus dikerjakan, evaluasi yang berkedok caci-maki dinormalisasikan. Rapat 6+ jam dikatakan masih kurang, melaksanakan event organisasi sampai sakit dikatakan loyalitas. Tidak ikut kegiatan dikatakan pengkhianatan, betapa keren dan hebatnya organisasi kita. Ini menjadi bahan refleksi dan kontemplasi untuk kita bersama. Untuk apa ada materi aswaja, ndp sampai taraf nasional, jika hal demikian nihil dalam implementasi?. Apakah menjadi kader PMII selama bertahun-tahun sampai ikut pkn akan menjamin bertambahnya jamaah masjid yang safnya dari 1 menjadi 10?. Apakah dengan kita menyanyi lagu PMII akan membuat hati kadernya tergerak akan banyaknya ketidakadilan?. Apakah kita perlu jatuh untuk merasakan kepahitan?, tetap lah seperti itu wahai kader-kader yang bertaqwa kepada Allah SWT. Inilah yang dinamakan dengan cita-cita yang hilang.

Tetaplah mengingkari nilai-nilai dasar pergerakan wahai warga pergerakan. Untuk apa kita menggaung kan tranformasi gerakan merawat peradaban, peradaban apa yang perlu kita rawat?, Peradaban totalitarian?. Apa yang menjadi seru di PMII, rebutan kursi ketum, melampiaskan amarah di musyawarah, mengevaluasi junior, bagi-bagi proyek atau menghina lembaga lain?. Ini tulisan diperuntukkan sebagi bahan evaluasi dan kontemplasi bagi kita semua, apakah paragraf di atas bisa dikatakan benar, mungkin iya mungkin juga tidak. Apakah kita hanya fokus pada formalitas tidak pada subtansi organisasi, apakah PMII organisasi yang kondusif untuk para kader. Cara berpikir kita saja masih terpenjara, hanya berkutat pada, "lebih baik eksistensi atau esensi"?. Apakah kita perlu meminta Basuki Abdullah untuk menggambarkan realitas kader-kader kita saat ini? atau kita perlu Akira Nakai untuk memodifikasi organisasi kita supaya performa menjadi lebih baik?. Merayu-rayu kepada para calon kader, seakan seperti bagi-bagi tiket surga. Apakah seperti ini organisasi kita?.

Teruslah membiasakan kebiadaban daripada beradaptasi terhadap zaman wahai para kader yang berbudi luhur. Indonesia butuh orang-orang seperti ini, supaya indonesia cemas 2045 bukanlah angan-angan semata. Tetaplah seperti ini wahai para warga pergerakan dan pada akhirnya apakah kita mau?



Komentar

APA KATA MEREKA TENTANG PMII

Berikut ungkapan tentang PMII dimata mereka.

Testimoni
Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto
Presiden Republik Indonesia 2024-2029

Di saat kritis, dalam kehidupan bangsa PMII sebagai bagian dari keluarga besar NU, tampil dan berkali-kali menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Mereka adalah tokoh-tokoh yang banyak jasanya kepada negara dan bangsa.

Testimoni
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Menteri Agama Republik Indonesia 2024-2029

Kader PMII memiliki peran strategis dalam mengatasi persoalan kebangsaan. Banyak kader dari PMII yang kini menempati posisi strategis dalam kepemimpinan nasional. PMII harus terus konsisten menebarkan toleransi dan kesejukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam. PMII harus menjadi garda terdepan dalam mengamalkan dan menyebarkan Islam Ahlussunah Waljamaah.

Testimoni
Abdul Hadi
Bupati Balangan 2019-2029

Organisasi mahasiswa banyak memberikan pelajaran dan pengalaman terhadap dirinya. Misalnya, gaya berkomunikasi dan berorganisasi dengan baik. Sebab itu, saya berharap kader-kader PMII Kalsel sekarang bisa belajar dan menerapkannya di kehidupan bermasyarakat.

Testimoni
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA
Rektor UIN Antasari Banjarmasin

PMII berdiri diatas tiga pilar, yaitu zikir, pikir dan amal saleh. Tiga pilar ini pada hakikatnya adalah gerakan hidup seorang muslim. Dengan ibadah, dia ingat Allah. Dengan berpikir, dia mendapatkan dan mengembangkan ilmu. Dengan amal saleh, dia mengisi hidupnya menjadi penuh makna.

Testimoni
KH. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

PMII sudah punya ekosistem sendiri. Mulai dari jaringan nasional, organisasinya, sampai kepada alumni-alumni ini. Tidak mungkin saya membentuk organisasi baru untuk mahasiswa NU, sudah tidak ada waktu dan tidak ada momentum. Memang harus PMII.

Testimoni
Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Jawa Timur 2019-2029

Saya merasa bahwa ini tempat menggodok dan mengasah bagi saya, leadership itu terasah dengan dinamika yang luar biasa, karena saya Ketua cabang PMII pertama di Indonesia.

Testimoni
Arumi Bachsin
Model dan Aktor Indonesia

PMII punya satu tempat khusus di hati saya. Lebih dari sekadar organisasi, PMII adalah rumah kedua saya. Di sinilah saya belajar tentang arti kepemimpinan, solidaritas, dan perjuangan.

Hubungi kami melalui WhatsApp