Nqp5MGN8Nap7LWVdNGV5NGRbyTUfATofA6YbyaV=
Bingkai Sejarah dan Peran Strategis PMII Banjarmasin di Kalimantan Selatan

Bingkai Sejarah dan Peran Strategis PMII Banjarmasin di Kalimantan Selatan

 


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Banjarmasin adalah salah satu catatan penting dalam perjalanan aktivisme mahasiswa Islam di Indonesia, terutama di Kalimantan Selatan. Sebuah langkah berani yang dimulai dari deklarasi PMII pada 17 April 1960 di Surabaya, yang kemudian menggugah semangat mahasiswa Nahdiyyin di Banua untuk melanjutkan perjuangan tersebut. Mereka, para mahasiswa dengan semangat membara, tak ingin hanya menjadi penonton dalam sejarah. Pada Juni 1960, mereka mulai merajut mimpi bersama untuk membentuk cabang PMII di Banjarmasin. Tokoh-tokoh seperti Hasbullah Nasir, Bahdar Rasyidi, Mahlan Umar, dan lainnya menjadi penggerak utama, bersama mahasiswa dari IAIN Antasari dan IKIP (sekarang FKIP ULM). Akhirnya, pada 12 Januari 1961, PMII Cabang Banjarmasin resmi berdiri di bawah restu Ketua Umum PB PMII pertama, H. Mahbub Djunaedi. Momentum ini menjadi tonggak sejarah yang melahirkan cabang-cabang lain di Kalimantan Selatan, seperti Amuntai, Banjarbaru, Kotabaru, Barabai, Tabalong, dan Barito Kuala.

Dalam perjalanannya, PMII Banjarmasin tidak hanya menjadi organisasi mahasiswa, tetapi juga pusat pengaderan generasi muda yang tangguh. Kader-kadernya aktif di berbagai bidang kemahasiswaan, baik di ranah internal kampus maupun eksternal. Mereka tidak sekadar hadir, tetapi menjadi penggerak yang membawa perubahan, baik dalam kegiatan sosial maupun sebagai kontrol sosial terhadap pemerintah. PMII juga membawa nilai-nilai luhur yang terus ditanamkan kepada para kadernya. Tiga karakteristik wawasan beragama yang menjadi pondasi gerakan mereka adalah moderasi (tawassut), toleransi (tasamuh), dan harmoni (tawazun). Nilai-nilai ini bukan hanya menjadi slogan, tetapi diterjemahkan dalam setiap langkah dan pemikiran mereka.

Hubungan PMII dengan Nahdlatul Ulama (NU) di Banua semakin mempertegas peran strategis organisasi ini. PMII menjadi pintu gerbang utama dalam mencetak kader NU di Kalimantan Selatan. Generasi NU yang lahir dari rahim PMII tidak hanya membawa semangat religiusitas yang kuat, tetapi juga visi kebangsaan yang kokoh. Mereka menjadi simbol masyarakat yang beragama, beradab, toleran, dan cinta tanah air. Sebuah visi besar yang mengakar pada kearifan lokal dan nilai-nilai sosial budaya, tetapi tetap relevan dalam menghadapi tantangan global.

PMII Banjarmasin, hingga kini, menghadapi tiga prioritas besar yang menjadi fokus perjuangan mereka. Pertama, pembentukan intelektual Islam berbasis ahlusunnah waljamaah. Para kader dipersiapkan untuk menjadi pemikir dan pemimpin masa depan yang mampu menjawab tantangan modernitas sekaligus menjaga akidah Islam. Kedua, pengembangan jiwa kewirausahaan. Hal ini menjadi penting untuk mengubah paradigma mahasiswa, agar tidak hanya bergantung pada pekerjaan formal, tetapi juga mampu menciptakan peluang dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Ketiga, pembangunan kader aktivis sosial dan politik yang berintegritas. PMII menyadari bahwa perubahan sosial dan politik membutuhkan sosok-sosok yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkomitmen pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Persiapan kader masa depan bukanlah pekerjaan instan. PMII menanamkan budaya diskusi, membaca, dan menulis sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dari forum-forum sederhana inilah lahir gagasan-gagasan besar yang kelak menjadi pijakan dalam membangun peradaban. Dalam upaya ini, PMII juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan jiwa wirausaha. Para kader diajarkan untuk berpikir kreatif dan inovatif, menghilangkan stigma bahwa lulusan perguruan tinggi hanya layak menjadi pegawai. Mereka didorong untuk menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif dalam masyarakat.

Di sisi lain, penguatan aktivisme sosial dan politik menjadi agenda penting. PMII menyadari bahwa peran mereka tidak hanya berhenti di lingkup agama, tetapi juga merambah ke tatanan sosial dan politik. Aktivis PMII diharapkan mampu memengaruhi kebijakan dan memberikan kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang berdaulat dan berkeadilan. Dengan semangat ini, PMII tidak hanya menjadi organisasi, tetapi juga mercusuar harapan bagi masa depan Banua.

PMII Banjarmasin adalah cerita tentang keberanian, perjuangan, dan visi besar. Sebuah warisan yang terus hidup melalui para kadernya, membawa pesan bahwa perubahan adalah keniscayaan yang hanya bisa diwujudkan dengan keberanian untuk melangkah dan keteguhan untuk bertahan. Dalam dinamika dunia yang terus berubah, PMII tetap menjadi pelita yang menerangi jalan, menjaga tradisi, dan sekaligus merintis masa depan yang lebih baik.



Komentar

APA KATA MEREKA TENTANG PMII

Berikut ungkapan tentang PMII dimata mereka.

Testimoni
Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto
Presiden Republik Indonesia 2024-2029

Di saat kritis, dalam kehidupan bangsa PMII sebagai bagian dari keluarga besar NU, tampil dan berkali-kali menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Mereka adalah tokoh-tokoh yang banyak jasanya kepada negara dan bangsa.

Testimoni
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Menteri Agama Republik Indonesia 2024-2029

Kader PMII memiliki peran strategis dalam mengatasi persoalan kebangsaan. Banyak kader dari PMII yang kini menempati posisi strategis dalam kepemimpinan nasional. PMII harus terus konsisten menebarkan toleransi dan kesejukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam. PMII harus menjadi garda terdepan dalam mengamalkan dan menyebarkan Islam Ahlussunah Waljamaah.

Testimoni
Abdul Hadi
Bupati Balangan 2019-2029

Organisasi mahasiswa banyak memberikan pelajaran dan pengalaman terhadap dirinya. Misalnya, gaya berkomunikasi dan berorganisasi dengan baik. Sebab itu, saya berharap kader-kader PMII Kalsel sekarang bisa belajar dan menerapkannya di kehidupan bermasyarakat.

Testimoni
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA
Rektor UIN Antasari Banjarmasin

PMII berdiri diatas tiga pilar, yaitu zikir, pikir dan amal saleh. Tiga pilar ini pada hakikatnya adalah gerakan hidup seorang muslim. Dengan ibadah, dia ingat Allah. Dengan berpikir, dia mendapatkan dan mengembangkan ilmu. Dengan amal saleh, dia mengisi hidupnya menjadi penuh makna.

Testimoni
KH. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

PMII sudah punya ekosistem sendiri. Mulai dari jaringan nasional, organisasinya, sampai kepada alumni-alumni ini. Tidak mungkin saya membentuk organisasi baru untuk mahasiswa NU, sudah tidak ada waktu dan tidak ada momentum. Memang harus PMII.

Testimoni
Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Jawa Timur 2019-2029

Saya merasa bahwa ini tempat menggodok dan mengasah bagi saya, leadership itu terasah dengan dinamika yang luar biasa, karena saya Ketua cabang PMII pertama di Indonesia.

Testimoni
Arumi Bachsin
Model dan Aktor Indonesia

PMII punya satu tempat khusus di hati saya. Lebih dari sekadar organisasi, PMII adalah rumah kedua saya. Di sinilah saya belajar tentang arti kepemimpinan, solidaritas, dan perjuangan.

Hubungi kami melalui WhatsApp